Kamis, 07 Mei 2009

Jual Benih Cabe Turgo

SLEMAN (KR) - Keberadaan Yogyakarta sebagai penghasil benih unggul tanaman hortikultura semakin terbukti, dengan berhasil dikembangkannya benih unggul cabe merah (Capsicum Annum L) varietas Turgo dan Mandala di persawahan Kelompok Tani (Klomtan) Pakarti Dusun Wonogiri Pakembinangun Pakem Sleman Yogyakarta. Sebelumnya, DIY juga sudah berhasil mengembangkan berbagai jenis benih unggul seperti tomat Kaliurang, jamur Edibel, dan sebagainya.

Dua varietas baru, cabe merah Turgo dan Mandala tersebut merupakan hasil produksi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Pengembangan dan Promosi Agribisnis Pembenihan Hortikultura (BP2APH) Ngipiksari Kaliurang yang berada di bawah naungan Dinas Pertanian DIY bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang Jawa Barat.
Panen perdana sekaligus peluncuran benih unggul cabe merah varietas Turgo dan Mandala dilakukan Kepala Dinas Pertanian DIY Ir Nanang Suwandi MMA didampingi Kepala UPTD BP2APH Ngipiksari Kaliurang Ir Yektining Rahajeng MP, serta ang-gota Klomtan Pakarti dan petani lainnya, Rabu (27/8) di bulak Wonogiri.
“Dua benih cabe varietas baru ini telah terbukti keunggulannya. Karena itu, sekarang tinggal bagaimana kita memperkenalkan kepada masyarakat luas agar bisa dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para petani cabe. Dengan adanya dua benih cabe baru yang kualitasnya telah teruji ini, kita juga tidak perlu lagi mendatangkan benih unggul cabe dari luar DIY apalagi benih impor,” ujar Nanang Suwandi.
Nanang mengatakan, benih unggul cabe merah besar ini produksinya bisa mencapai 5-10% di atas rata-rata. Namun kondisi itu juga tergantung frekuensi petiknya.
Kepada KR, Nanang Suwandi menyatakan, Pemprop DIY memang telah mencanangkan Yogyakarta sebagai salah satu pusat perbenihan di Indonesia khususnya untuk tanaman hortikultura. “Kita telah canangkan Yogya Seed Center. Harapannya, berbagai jenis tanaman yang potensial dikembangkan, benihnya bisa diproduksi sendiri di Yogyakarta, bahkan kalau memungkinkan kita pasarkan ke luar daerah,” tandas Nanang Suwandi.
Nanang mengakui, sebenarnya potensi produksi benih di DIY cukup besar, namun masih tersebar dan belum terintegrasi. Karena itu, ke depan diharapkan para produsen benih bisa lebih bersinergi sehingga lebih mudah diakses pasar maupun masyarakat. “Yang tak kalah pentingnya, para produsen benih harus memperhatikan standardisasi mutu benih,” katanya.
Selain pusat benih, diharapkan Yogyakarta juga bisa menjadi pusat informasi perbenihan. Karena itu, perlu lebih dikembangkan lagi aspek promosi dan akses informasi. Misalnya melalui internet, dan sebagainya.
“Jadi kalau masyarakat dari DIY maupun luar daerah ingin mengetahui berbagai jenis benih unggul produksi DIY, bisa dengan mudah mengakses lewat internet, bagaimana karakteristiknya, produktivitasnya, harganya, dan sebagainya,” imbuh Nanang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar