BALIKPAPAN - Di ajang Pameran Investasi Hijau dan Lokakarya yang digelar mulai Kamis (23/4) hingga -Minggu (26/4) di Sport and Convention Center (gedung Dome), Balikpapan, British Council (BC) getol melakukan serangkaian kegiatan promosi yang menarik, mulai dari menghadirkan pembicara, membuka gerai pameran dengan kegiatan yang menarik, hingga pemutaran film yang bertema lingkungan.
Christopher Palmer, Director Learning Learning Creativity Climate Security di BC yang ditemui usai menjadi pembicara dalam seminar bertema Corporate Social Responsibility (CSR) dan Agenda 21mengatakan, "Kalimantan adalah salah satu wilayah di Indonesia yang mempunyai banyak hutan. Untuk pengembangan pertanian, banyak hutan yang ditebang. Ketertarikan utama terhadap Kalimantan lebih diutamakan untuk mengembangkan pertanian yang tetap memperhatikan lingkungan dan perubahan iklim."
Selain itu, menurutnya, selama ini masih sedikit orang Kalimantan yang terlibat dalam kegiatan atau program lingkungan yang di gelar BC. "Kita sudah mempunyai banyak orang dari Jawa, beberapa dari Sumatera, namun dari Kalimantan hanya terbatas satu atau dua orang saja. Jadi, melalui kegiatan seperti ini kami ingin lebih banyak lagi orang Kalimantan yang tampil," tambahnya.
Yang cukup menggembirakan baginya adalah keterlibatan beberapa sekolah dalam School Climate Challenge. "Kami ingin membantu orang muda. Karena nantinya di masa depan, mereka inilah yang nantinya akan mewarisi dunia ini. Sekarang ini, orang boleh bilang apa saja yang mereka suka. Tapi, 40 tahun lagi, semuanya ada di tangan anak-anak muda. Mereka inilah yang akan membayar seluruh keruwetan yang kita tinggalkan. Yang penting mereka mau melakukan sesuatu yang positif, kita akan mendukung," tegasnya.
Saat ini sudah banyak proyek dan organisasi yang bergerak di bidang lingkungan. "Suara anak muda harus didengar," katanya. Lantas adakah program lebih lanjut di masa depan yang akan dikembangkan BC di Kalimantan Timur? "Ya. Kami mempunyai beberapa rencana. Kami juga merencanakan untuk membuat workshop di Kalimantan Timur tapi di luar Balikpapan. Atau juga menggelar training. Permasalahan yang dihadapi adalah masalah akses ke Kalimatan Timur karena ada beberapa masalah," katanya.
Menurutnya, seharusnya lebih mudah untuk terbang langsung dari Malaysia, Singapura, atau mungkin Filipina secara langsung. "Tapi, hal tersebut masih bisa diatasi karena bisa terbang ke Balikpapan dari Jakarta. Yah seperti kita ada di Jakarta dan punya program juga di Bogor," katanya.
Christopher Palmer, Director Learning Learning Creativity Climate Security di BC yang ditemui usai menjadi pembicara dalam seminar bertema Corporate Social Responsibility (CSR) dan Agenda 21mengatakan, "Kalimantan adalah salah satu wilayah di Indonesia yang mempunyai banyak hutan. Untuk pengembangan pertanian, banyak hutan yang ditebang. Ketertarikan utama terhadap Kalimantan lebih diutamakan untuk mengembangkan pertanian yang tetap memperhatikan lingkungan dan perubahan iklim."
Selain itu, menurutnya, selama ini masih sedikit orang Kalimantan yang terlibat dalam kegiatan atau program lingkungan yang di gelar BC. "Kita sudah mempunyai banyak orang dari Jawa, beberapa dari Sumatera, namun dari Kalimantan hanya terbatas satu atau dua orang saja. Jadi, melalui kegiatan seperti ini kami ingin lebih banyak lagi orang Kalimantan yang tampil," tambahnya.
Yang cukup menggembirakan baginya adalah keterlibatan beberapa sekolah dalam School Climate Challenge. "Kami ingin membantu orang muda. Karena nantinya di masa depan, mereka inilah yang nantinya akan mewarisi dunia ini. Sekarang ini, orang boleh bilang apa saja yang mereka suka. Tapi, 40 tahun lagi, semuanya ada di tangan anak-anak muda. Mereka inilah yang akan membayar seluruh keruwetan yang kita tinggalkan. Yang penting mereka mau melakukan sesuatu yang positif, kita akan mendukung," tegasnya.
Saat ini sudah banyak proyek dan organisasi yang bergerak di bidang lingkungan. "Suara anak muda harus didengar," katanya. Lantas adakah program lebih lanjut di masa depan yang akan dikembangkan BC di Kalimantan Timur? "Ya. Kami mempunyai beberapa rencana. Kami juga merencanakan untuk membuat workshop di Kalimantan Timur tapi di luar Balikpapan. Atau juga menggelar training. Permasalahan yang dihadapi adalah masalah akses ke Kalimatan Timur karena ada beberapa masalah," katanya.
Menurutnya, seharusnya lebih mudah untuk terbang langsung dari Malaysia, Singapura, atau mungkin Filipina secara langsung. "Tapi, hal tersebut masih bisa diatasi karena bisa terbang ke Balikpapan dari Jakarta. Yah seperti kita ada di Jakarta dan punya program juga di Bogor," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar